Mazmur 32
Tahun
70an ada film Indonesia yang mengisahkan seorang guru yang karena kemiskinannya
menggelapkan inventaris kantor di sekolahnya. Ia terpaksa melakukan hal
tersebut agar dapat membiayai istrinya yang akan melahirkan. Sang guru tersebut
menanggung rasa bersalah yang begitu besar, sampai hujan-hujanan ia berupaya
menemui pimpinannya untuk mengaku kesalahannya dan meminta pengampunan. Akhir
cerita ini tragis. Pak guru ini meninggal karena sakit akibat kehujanan dan
menanggung perasaan bersalah.
Menyimpan
dosa dan tidak segera membereskannya akan membuat penderitaan batin yang
berlarut-larut. Itu yang dialami pemazmur. Hanya ketika ia mengakuinya dan
membereskannya di hadapan Tuhan barulah kelegaan dialami. Barulah ia kembali
merasakan sukacita dan damai sejahtera.
Mengaku
dosa kepada Tuhan adalah mengakui bahwa Tuhan yang berotoritas mengampuni dosa.
Pengampunan itu tidak dapat dibeli, hanya diperoleh semata-mata oleh anugerah
dan kasih setia Tuhan. Mazmur ini dimulai dengan pernyataan bahagia pemazmur
karena telah mengalami pengampunan dari Tuhan (1-2) dan ditutup dengan ajakan
kepada anak-anak Tuhan agar bersukacita dan bersorak sorai.
Oleh
karena itu, pemazmur pun menasihati anak-anak Tuhan lainnya agar jangan keras
kepala. Jangan berupaya menyelesaikan sendiri masalah dosa atau bahkan mencoba
menutup-nutupinya. Tidak ada gunanya. Segera bereskan dosa, minta ampun kepada
Tuhan dan bertekad untuk tidak mengulanginya lagi.
Mari
semua orang yang sedang kehilangan damai sejahtera karena menyimpan dosa
tertentu dari hadapan Tuhan! Bereskan dosamu segera dan jangan tunda. Biarkan
kasih pengampunan Tuhan menyucikan kembali hatimu serta memurnikan nuranimu
dari segala kepahitan dan rasa bersalah yang berkepanjangan!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Tulis komentar di sini