Senin, 27 Februari 2012

PERSEPULUHAN, WAJIBKAH?


Laras belum memiliki penghasilan, uang saku yang diberikan orangtuanya pun tidak seberapa. Laras, jadi bertanya-tanya, apakah perintah untuk memberi persepuluhan berlaku juga bagi pelajar? Apa yang ditanyakan Laras, mungkin juga bercokol di benak kita. Sebetulnya, apa sih yang dimaksud dengan persepuluhan itu?
Menurut teologian Jake Barnett, persepuluhan atau memberikan 10 % (sepersepuluh) dari penghasilan, telah dikenal sejak jaman dulu. Abraham dan Yakub adalah tokoh-tokoh di Alkitab yang secara sukarela memberi atau menyisihkan sepersepuluh dari pendapatan mereka untuk pekejaan Tuhan. Hukum Taurat menegaskan, bahwa bila bangsa Israel menggunakan persepuluhan ini bagi diri mereka sendiri (bukan untuk pekerjaan Tuhan), maka ini berarti mereka telah mencuri dari Allah.

Yang dimaksud memberi untuk pekerjaan Tuhan—dalam tradisi bangsa Yahudi—yakni memberi untuk kebaktian, termasuk pembangunan bait Allah dan fasilitasnya. Kemudian, memberi untuk hamba-hamba Allah, para imam, dan orang-orang Lewi. Dalam bangsa Israel, orang-orang yang disebutkan tadi, dapat berkonsentrasi pada pekerjaannya apabila dibebaskan dari keharusan mencari makan. Lalu, memberi untuk pekerjaan Tuhan juga berarti memberi untuk orang miskin. Di Alkitab, orang-orang miskin berhak atas pemberian dari Israel.
Jika dianalogikan dengan masa kini, ini berarti memberi untuk gereja Tuhan. Lalu untuk para pemuka, pendeta, guru Injil, pokoknya setiap orang yang mendedikasikan hidupnya untuk mengurusi jemaat. Kemudian untuk orang miskin dan pelayanan pekabaran injil.
Di kitab perjanjian baru, Yesus hanya sekali menggunakan kata persepuluhan, saat ia berbicara dengan kaum Farisi, “… persepuluhan dari selasih, ada manis dan jintan kamu bayar, tetapi yang terpenting dalam hukum Taurat kamu abaikan…” demikian yang tertulis dalam kitab Matius. Sedangkan Paulus, meski sering menekankan mengenai pemberian dalam ajarannya, tidak pernah menggunakan kata persepuluhan.
Ukuran sepersepuluh, menurut Barnett, adalah ukuran yang sangat bagus untuk memulai kebiasaan memberi (bagi pekerjaan Tuhan), tapi ini bukan satu-satunya patokan yang diajarkan Alkitab mengenai pemberian. Dalam perjanjian baru, konsep mengenai pemberian tidak sekadar dibatasi oleh sepersepuluh dari penghasilan, tetapi lebih dari itu seperti yang dikatakan Paulus kepada jemaat di Korintus, bahwa pemberian harus sebanding dengan pendapatan dan kemampuan mereka untuk memberi.
Omong-omong, Alkitab tidak pernah menyinggung mengenai apakah pelajar diwajibkan untuk memberi atau tidak. Jadi, sah-sah saja kalau kamu ingin memberi kepada Tuhan, dengan menyisihkan sebagian dari uang saku. Dan, jumlah pemberiannya tidak hanya dibatasi pada sepersepuluh—kalau sanggup—bahkan lebih dari itu. Lagi pula, di atas semua itu, kamu dituntut untuk tidak sekadar memberi uang melainkan juga tubuhmu, “… supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati” (Roma 12:1).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tulis komentar di sini

BANER


Pelita Hidup - Renungan Harian, Bahan Khotbah, Saat Teduh, Kesaksian
Kunjungi
www.PelitaHidup.com
untuk membangun kerohanian anda jangan lupa baca Renungan Hariannya KLIK di sini