Senin, 27 Februari 2012

BERGAUL KARIB DENGAN ORANG DILUAR KRISTUS


Hidup di negara heterogen seperti Indonesia, memungkinkan kita untuk berinteraksi dengan orang-orang dari latar belakang yang berbeda, salah satunya perbedaan agama. Tidak sedikit di antara kita yang bergaul akrab dengan orang yang tidak mengenal Yesus. Tak dipungkiri, perbedaan ini sedikit banyak mempengaruhi hubungan kita dengan mereka.
Joseph misalnya, ia berkawan akrab dengan Umar yang berbeda agama. Tiap minggu, Umar kerap meminta Joseph untuk menemaninya melakukan pelbagai hal. Mulai dari berolahraga, mengerjakan tugas sekolah, hingga sekadar mencuci mata di pusat perbelanjaan. Awalnya, Joseph mau-mau saja menerima tawaran Umar, maklum mereka kan saling bersahabat. Tapi lama-lama ajakan Umar mulai mengganggu, karena Joseph terpaksa mengurangi jadwal ibadahnya di hari Minggu.
Untuk mengutarakan keberatannya, Joseph takut Umar akan marah dan tak mau lagi berteman dengannya. Memang, Tuhan menciptakan kita sebagai makhluk sosial yang artinya kita tidak bisa hidup sendirian. Dan, sebagai makhluk sosial, manusia harus bergaul dan berteman dengan orang lain, tidak menjadi soal apakah orang itu memiliki agama yang sama atau tidak.
Sebetulnya, dengan menjalin pertemanan bersama orang di luar Kristus, adalah kesempatan emas untuk menggenapi amanat agung. Tentu jauh lebih mudah menceritakan Kristus kepada orang yang sudah kita kenal ketimbang kepada orang asing. Firman Tuhan juga berkata bahwa kita harus menjadi garam dan terang dunia. Ini dapat terwujud apabila kita memang berada di komunitas yang membutuhkan “garam dan terang”. Apa artinya sebuah lilin jika ditempatkan di tengah-tengah kumpulan lilin?

Tapi, jangan lantas tujuan bergaul hanya untuk penginjilan. Sebab, kalau ternyata teman kita terang-terangan menolak Kristus, bisa jadi kita ngambek dan malas untuk berhubungan lagi dengan dia. Ini berarti, kita tidak tulus menjalin persahabatan dengan dia. Justru, penolakan itu sebaiknya dipicu supaya kita bisa tetap mempraktikkan kasih seperti yang Tuhan inginkan. Lagi pula, ada adagium bahwa mencari 100 musuh itu jauh lebih mudah ketimbang menemukan seorang sahabat.
Perlu juga diingat, bahwa di dalam menjalin hubungan dengan orang di luar Kristus, jangan sampai kita terbawa dengan kebiasaan yang buruk. Salah satunya meninggalkan kebiasaan ibadah, seperti yang dilakukan Joseph. Apabila kekhawatiran Joseph terbukti—di mana Umar memang tidak mau lagi bergaul dengannya—benar, ini berarti menggenapi firman Tuhan yang menyatakan bahwa sebagai anak Tuhan, kita akan dianiaya, tul nggak?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tulis komentar di sini

BANER


Pelita Hidup - Renungan Harian, Bahan Khotbah, Saat Teduh, Kesaksian
Kunjungi
www.PelitaHidup.com
untuk membangun kerohanian anda jangan lupa baca Renungan Hariannya KLIK di sini