Hidup
di negara heterogen seperti Indonesia, memungkinkan kita untuk berinteraksi dengan
orang-orang dari latar belakang yang berbeda, salah satunya perbedaan agama.
Tidak sedikit di antara kita yang bergaul akrab dengan orang yang tidak
mengenal Yesus. Tak dipungkiri, perbedaan ini sedikit banyak mempengaruhi
hubungan kita dengan mereka.
Joseph
misalnya, ia berkawan akrab dengan Umar yang berbeda agama. Tiap minggu, Umar
kerap meminta Joseph untuk menemaninya melakukan pelbagai hal. Mulai dari
berolahraga, mengerjakan tugas sekolah, hingga sekadar mencuci mata di pusat
perbelanjaan. Awalnya, Joseph mau-mau saja menerima tawaran Umar, maklum mereka
kan saling bersahabat. Tapi lama-lama ajakan Umar mulai mengganggu, karena
Joseph terpaksa mengurangi jadwal ibadahnya di hari Minggu.
Untuk
mengutarakan keberatannya, Joseph takut Umar akan marah dan tak mau lagi
berteman dengannya. Memang, Tuhan menciptakan kita sebagai makhluk sosial yang
artinya kita tidak bisa hidup sendirian. Dan, sebagai makhluk sosial, manusia
harus bergaul dan berteman dengan orang lain, tidak menjadi soal apakah orang itu
memiliki agama yang sama atau tidak.
Sebetulnya,
dengan menjalin pertemanan bersama orang di luar Kristus, adalah kesempatan
emas untuk menggenapi amanat agung. Tentu jauh lebih mudah menceritakan Kristus
kepada orang yang sudah kita kenal ketimbang kepada orang asing. Firman Tuhan
juga berkata bahwa kita harus menjadi garam dan terang dunia. Ini dapat
terwujud apabila kita memang berada di komunitas yang membutuhkan “garam dan
terang”. Apa artinya sebuah lilin jika ditempatkan di tengah-tengah kumpulan lilin?
Tapi,
jangan lantas tujuan bergaul hanya untuk penginjilan. Sebab, kalau ternyata
teman kita terang-terangan menolak Kristus, bisa jadi kita ngambek dan malas
untuk berhubungan lagi dengan dia. Ini berarti, kita tidak tulus menjalin
persahabatan dengan dia. Justru, penolakan itu sebaiknya dipicu supaya kita
bisa tetap mempraktikkan kasih seperti yang Tuhan inginkan. Lagi pula, ada
adagium bahwa mencari 100 musuh itu jauh lebih mudah ketimbang menemukan
seorang sahabat.
Perlu
juga diingat, bahwa di dalam menjalin hubungan dengan orang di luar Kristus,
jangan sampai kita terbawa dengan kebiasaan yang buruk. Salah satunya
meninggalkan kebiasaan ibadah, seperti yang dilakukan Joseph. Apabila
kekhawatiran Joseph terbukti—di mana Umar memang tidak mau lagi bergaul
dengannya—benar, ini berarti menggenapi firman Tuhan yang menyatakan bahwa
sebagai anak Tuhan, kita akan dianiaya, tul nggak?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Tulis komentar di sini