Siapa yang mengusir romantisme dari pernikahan?
Ketika masa pacaran, biasanya sangat romantis karena diisi keindahan.
Kehidupan seperti di awan: nonton, ngobrol, makan bersama, pacaran ya
begitu, belum ada tanggungjawab, kita hanya jalani, dan menikmati. Namun
setelah menikah, ada tanggung jawab yang merebut romantisme tersebut.
Dalam mengupayakan romance in marriage mari kita hayati
kasih Tuhan yang telah menebus kita. Ia mau datang ke dunia, sehingga
kita dapat bersatu kembali dengan-Nya. Betapa besar cinta kasih-Nya
kepada kita.
Walau demikian, ada lima penghalang romantisme dalam pernikahan:
1.Kesibukan.
- Sibuk Cari Uang.
Sibuk cari uang untuk bayar cicilan. Cicilan rumah, mobil, HP, credit card, dan rupa-rupa lainnya yang tak terhitung. So,
sibuk membayar kebutuhan rumah tangga itu sendiri. Malah ada yang biaya
pesta
pernikahannya pun kredit! Saat kemeriahan pesta sudah lewat,
eh…mesti bayar cicilan, sehingga pernikahan tidak pernah bisa dinikmati.
Cicilannya dahsyat karena yang menikah sombong banget, pesta dibuat
mewah, ingin meninggikan diri. Padahal ngutang.
Ada juga yang berpikir kekayaan adalah sumber kebahagiaan,
orientasinya adalah uang. Padahal kalau kita bersandar saja pada Tuhan,
Dialah yang menyediakan segala sesuatu bagi kehidupan kita. Janji Tuhan,
“Sebab itu janganlah kuatir akan hari esok, karena hari esok mempunyai
kesusahannya sendiri, kesusahan sehari cukuplah untuk sehari.”
Sebelumnya Yesus berkata, Semua itu dicari bangsa-bangsa yang tidak
mengenal Allah. Akan tetapi Bapamu yang di sorga tahu, bahwa kamu
memerlukan semuanya itu. Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan
kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu.
Inilah janji Tuhan, seharusnya bisa mengerti bahwa kita jangan
mati-matian sibuk. Ga perlu! Bergantung total saja pada Tuhan, maka
kelimpahan akan dicurahkan-Nya pada Anda.
- Sibuk Pelayanan.
Rapat sana rapat sini. Hati-hati dengan kesibukan pelayanan. Jika
lebih dari 3 kali dalam seminggu ada di gereja pasti salah satu dimensi
rumah tangga sedang rusak. Karena sibuk pelayanan, akhirnya hubungan
pasutri tidak hangat lagi. Pelayanan seringkali kita kaitkan dengan
prioritas utama hidup kita. Prioritas nomor satu adalah TUHAN, itu
benar.
Namun, jika mengasumsikan pelayanan di gereja = memprioritaskan
Tuhan. Jelas salah besar! Ada yang berpikir: Pelayanan No. 1, keluarga
No. 2. Padahal Tuhan tidak sama dengan pelayanan. Tuhan juga mau kita
bertanggung jawab atas keluarga, kesehatan, dan pekerjaan. Tuhan hadir
di seluruh dimensi itu.
Tidak harus pelayanan menjadi No. 1, kadang-kadang isteri jadi No. 1,
loh kok? Ya iya kalau dia sakit, kan jadi No. 1, harus kita rawat
sampai sembuh.
Jika pelayanan telah menghabiskan diri, sampai hubungan suami-isteri
sedingin Kutub Utara, waspadalah! Kita harus memberikan keseimbangan di
dalam dimensi kehidupan kita. Pelayanan yang terbaik bagi pasutri adalah
melayani berdua istilahnya “Couple Ministry.”
- Kesibukan As Happiness.
Ada juga orang yang mencari kebahagiaan dari kesibukan yang ia
lakukan. Semakin sibuk, semakin bahagia. Merasa diri penting. Merasa
tidak penting jika nganggur-nganggur tak ada kerjaan. Ini kecelakaan
besar bagi keluarga.
Saya pernah ketemu orang yang dengan bangga berkata, ”Saya tidak
punya waktu untuk isteri, saya tidak punya waktu untuk keluarga, saya
tidak punya waktu untuk pelayanan bahkan saya tidak punya waktu untuk
istirahat. Saya harus bekerja. Kalau saya tinggalkan, pekerjaan itu
macet semua. Ngeri ya…punya pasangan kayak gini. Prinsip hidupnya: NO Romance! Say YES to Work! Merdeka! Salah….! Yang benar…Hidup Terjajah!
Menghadirkan romance membutuhkan suasana dan energi. Romance tidak bisa dilakukan dalam kelelahan, hanya dapat sisa-sisanya saja.
2. Stress dan Kelelahan Mental.
Dari kesibukan muncullah stress dan kelelahan mental.
Dari penelitian 4 Badan Dunia: The Global Burden of Disease, Bank Dunia, WHO (Organisasi Kesehatan Dunia), dan Harvard University menyingkapkan pada tahun 2020 depresi akan menjadi penyebab utama Disability di Asia.
Ciri-ciri depresi: hati kosong, hilang minat, energi turun, over sleeping/
tidur melulu atau susah tidur, tidak nafsu makan, sulit ambil
keputusan, rasa diri tidak berharga, cepat tersinggung, marah-marah,
plus pikiran negatif.
Depresi ada yang ringan dan berat. Jika berat, perlu bantuan konseling, supaya kembali able. Jika dibiarkan, depresi bisa semakin parah mengakibatkan disability. Orang yang depresi tidak bisa romance. Romance butuh kreativitas, dan minat. Dia malah sudah malas melihat pasangan. Pikiran negatif terus, marah terus, pasangan so pasti bete ketika berada dekat dengan dia.
Apa itu disability? Tidak mampu.
Ketidakmampuan bekerja, belajar, berkompetisi, dan melayani Tuhan.
Tidak sanggup berpikir normal dan tidak mampu memelihara keutuhan rumah
tangga. Akibatnya, menyembunyikan diri, pasif, diam aja, diajak ngomong
tidak respon. Jika bekerja pun tidak cakap berkompetisi lagi. Akhirnya,
lumpuh.
Adakah Anda merasakan gejala-gejala ini? Ini adalah batu besar bagi
kehidupan pernikahan. Akhirnya, kita tidak lagi menemukan keberadaan
bersama pasangan sebagai hal yang nikmat dan indah.
Bagi orang depresi, keberadaan pasangan malah menyebalkan, karena dia sedang menyembunyikan diri.
Kenapa orang depresi ?
Karena fokus hidupnya hanya pada hasil…hasil…dan hasil. Dia lupa
bahwa hidup juga adalah relasi dengan Tuhan dan manusia. Yesus Kristus
datang ke dunia untuk memulihkan relasi tersebut. Dosa telah
menghancurkan relasi itu. Tuhan tidak lagi bisa menerima manusia yang
berdosa, tetapi Kristus telah mati di atas kayu salib, Dia telah menebus
kita dari dosa, sehingga relasi yang rusak itu dipulihkan!
Karenanya, relasi dengan Tuhan dan orang yang kita kasihi menjadi segala-galanya.
Beberapa waktu yang lalu saya melihat di Mall, suami isteri yang
sudah tua sekali. Rambutnya sudah putih, tapi masih bergandengan tangan.
Sangat menawan! Jika melihat anak muda gandengan tangan biasa, tidak
aneh. Tapi kalau sudah menikah puluhan tahun, jalannya masih gandengan
sungguh ajaib! Ternyata lemnya masih kuat! Lemnya Lem Besi.
3. Anak-anak.
Kenapa anak-anak mengganggu romance? Anak-anak memang
anugrah Tuhan. Mereka memberi warna-warni yang indah dalam hidup kita,
anak-anak seringkali mempererat relasi suami isteri. Namun di sisi lain,
anak-anak dapat juga memisahkan keintiman suami isteri. Kehadiran
mereka membuat kasih terbagi, kasih yang tadinya buat suami saja
sekarang dialihkan kepada anak.
Dalam pernikahan, pengorbanan dan mau melayani sangat penting. Dulu
sebelum menikah, ketika lelah kita dapat langsung beristirahat, namun
setelah menikah, saat cape, apa bisa langsung tidur? Kita harus
mendahulukan anak-anak. Mereka perlu diurus, very time consumed. Kalau tidak hati-hati jelas anak-anak berpotensi mengganggu romance suami isteri.
Kondisi di mana anak sudah mengganggu:
- Jam tidur
Jika 5 – 7 malam seminggu, anak-anak tidur di atas jam 9 malam, pasti
suami dan isteri susah ngobrol. Kalau ngobrol pun sudah tidak nyambung
karena sudah kecapean. Kami pernah mengalami hal ini, akhirnya merasa
kosong satu sama lain. Boro-boro romance, pegangan tangan saja sudah malas. Ga ada setrumnya.
- Kamar tidur
Kunci kamar tidur ternyata sudah berkarat, kenapa? Tidak pernah diputar. Sehingga tidak ada batasan wilayah (border)
yang jelas antara privat dan umum. Anak-anak harus mengetahui, ketika
papa mama ada di kamar, mereka tidak boleh masuk, atau jika masuk harus
ketok dulu. Hal ini perlu diajarkan pada anak-anak.
Tetapi, bagaimana jika anak-anak sekamar dengan orang tua? Nah…tambah
jelas deh dari hari ke hari mereka dilibas anak. Suami isteri sudah
hilang mood. Bayangkan saja tidurnya, suami isteri tidur di
ujung-ujung ranjang, anak di tengah-tengah. Makin banyak anak semakin
jauh jarak suami isteri. Sampai terpaksa suami tidur di lantai, jelas
tidak tahan dan kabur ke kamar yang lain. Romance is gone!
- Waktu bersama
Ketika harus memilih: ada kesempatan ngobrol dengan pasangan, atau
bermain bola dengan anak, kita selalu memilih main bola…kita lebih suka
bersama si kecil. Jadi repot nih. Harusnya diatur. Pasangan juga perlu
diperhatikan, dilayani, dan diajak ngobrol tanpa diganggu anak.
Coba usahakan seminggu sekali berdua saja tanpa kehadiran si buyung. Ciptakan sistem keluarga
4. Perbedaan Romance Pria dan Wanita
Bagi Pria, Romance is Passion, berkaitan dengan seks.
Untuk Wanita, Romance is Intimacy, berkaitan dengan ikatan emosi, pengalaman berdekatan dan perasaan dikasihi.
Dengan perbedaan ini, suami isteri harus belajar saling memberi.
Isteri yang cakap memberikan seks kepada suami. Suami yang baik
memberikan pengalaman intimacy atau perasaan berdekatan pada isteri. Setelah terjadi kesalingan baru romance langgeng di antara mereka.
5. Kemarahan dan konflik yang tidak terselesaikan.
Bagaimana menyelesaikan konflik? Menjadikannya sebagai kesempatan
guna mendekatkan suami isteri. Jika ada kemarahan, sebetulnya relasi
intim suami-isteri sedang terusik. Jika tidak diselesaikan, niscaya romance menguap cepat. Ada kekeringan dalam hubungan itu.
Semua persoalan dan permasalahan haya mampu kita selesaikan apabila TUHAN yang dilibatkan di dalamnya.GBU
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Tulis komentar di sini