Kamis, 22 Maret 2012

PENGUSIK KEHARMONISAN RUMAH TANGGA

Siapa yang mengusir romantisme dari pernikahan?
Ketika masa pacaran, biasanya sangat romantis karena diisi keindahan. Kehidupan seperti di awan: nonton, ngobrol, makan bersama, pacaran ya begitu, belum ada tanggungjawab, kita hanya jalani, dan menikmati. Namun setelah menikah, ada tanggung jawab yang merebut romantisme tersebut.
Dalam mengupayakan romance in marriage mari kita hayati  kasih Tuhan yang telah menebus kita. Ia mau datang ke dunia, sehingga kita dapat bersatu kembali dengan-Nya. Betapa besar cinta kasih-Nya kepada kita.
Walau demikian, ada lima penghalang romantisme dalam pernikahan: 


1.Kesibukan. 
Pasangan suami isteri (pasutri) jaman sekarang memang terjerat kesibukan, dari pagi sampai malam. Hari demi hari lewat begitu cepat. Baru bangun, tahu-tahu sudah malam lagi. Tiap hari berputar seperti itu. Kesibukan pasti jadi penghalang romance. Sibuk apa saja?
  • Sibuk Cari Uang.
Sibuk cari uang untuk bayar cicilan. Cicilan rumah, mobil, HP, credit card, dan rupa-rupa lainnya yang tak terhitung. So, sibuk membayar kebutuhan rumah tangga itu sendiri. Malah ada yang biaya pesta
pernikahannya pun kredit! Saat kemeriahan pesta sudah lewat, eh…mesti bayar cicilan, sehingga pernikahan tidak pernah bisa dinikmati. Cicilannya dahsyat karena yang menikah sombong banget, pesta dibuat mewah, ingin meninggikan diri. Padahal ngutang.

Ada juga yang berpikir kekayaan adalah sumber kebahagiaan, orientasinya adalah uang. Padahal kalau kita bersandar saja pada Tuhan, Dialah yang menyediakan segala sesuatu bagi kehidupan kita. Janji Tuhan, “Sebab itu janganlah kuatir akan hari esok, karena hari esok mempunyai kesusahannya sendiri, kesusahan sehari cukuplah untuk sehari.”

Sebelumnya Yesus berkata, Semua itu dicari bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah. Akan tetapi Bapamu yang di sorga tahu, bahwa kamu memerlukan semuanya itu.  Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu.

Inilah janji Tuhan, seharusnya bisa mengerti bahwa kita jangan mati-matian sibuk. Ga perlu! Bergantung total saja pada Tuhan, maka kelimpahan akan dicurahkan-Nya pada Anda.
  •  Sibuk Pelayanan.
Rapat sana rapat sini. Hati-hati dengan kesibukan pelayanan. Jika lebih dari 3 kali dalam seminggu ada di gereja pasti salah satu dimensi rumah tangga sedang rusak. Karena sibuk pelayanan, akhirnya hubungan pasutri tidak hangat lagi. Pelayanan seringkali kita kaitkan dengan prioritas utama hidup kita. Prioritas nomor satu adalah TUHAN, itu benar.

Namun, jika mengasumsikan pelayanan di gereja = memprioritaskan Tuhan. Jelas salah besar! Ada yang berpikir: Pelayanan No. 1, keluarga No. 2. Padahal Tuhan tidak sama dengan pelayanan. Tuhan juga mau kita bertanggung jawab atas keluarga, kesehatan, dan pekerjaan. Tuhan hadir di seluruh dimensi itu.

Tidak harus pelayanan menjadi No. 1, kadang-kadang isteri jadi No. 1, loh kok? Ya iya kalau dia sakit, kan jadi No. 1, harus kita rawat sampai sembuh.

Jika pelayanan telah menghabiskan diri, sampai hubungan suami-isteri sedingin Kutub Utara, waspadalah! Kita harus memberikan keseimbangan di dalam dimensi kehidupan kita. Pelayanan yang terbaik bagi pasutri adalah melayani berdua istilahnya “Couple Ministry.” 
  •  Kesibukan As Happiness.
Ada juga orang yang mencari kebahagiaan dari kesibukan yang ia lakukan. Semakin sibuk, semakin bahagia. Merasa diri penting. Merasa tidak penting jika nganggur-nganggur tak ada kerjaan. Ini kecelakaan besar bagi keluarga.
Saya pernah ketemu orang yang dengan bangga berkata, ”Saya tidak punya waktu untuk isteri, saya tidak punya waktu untuk keluarga, saya tidak punya waktu untuk pelayanan bahkan saya tidak punya waktu untuk istirahat. Saya harus bekerja. Kalau saya tinggalkan, pekerjaan itu macet semua. Ngeri ya…punya pasangan kayak gini. Prinsip hidupnya: NO Romance! Say YES to Work! Merdeka! Salah….! Yang benar…Hidup Terjajah!

Menghadirkan romance membutuhkan suasana dan energi. Romance tidak bisa dilakukan dalam kelelahan, hanya dapat sisa-sisanya saja.

2. Stress dan Kelelahan Mental.
Dari kesibukan muncullah stress dan kelelahan mental.
Dari penelitian 4 Badan Dunia: The Global Burden of Disease, Bank Dunia, WHO (Organisasi Kesehatan Dunia), dan Harvard University menyingkapkan pada tahun 2020 depresi akan menjadi penyebab utama Disability di Asia.

Ciri-ciri depresi: hati kosong, hilang minat, energi turun, over sleeping/ tidur melulu atau susah tidur, tidak nafsu makan, sulit ambil keputusan, rasa diri tidak berharga, cepat tersinggung, marah-marah, plus pikiran negatif.
Depresi ada yang ringan dan berat. Jika berat, perlu bantuan konseling, supaya kembali able. Jika dibiarkan, depresi bisa semakin parah mengakibatkan disability. Orang yang depresi tidak bisa romance. Romance butuh kreativitas, dan minat. Dia malah sudah malas melihat pasangan. Pikiran negatif terus, marah terus, pasangan so pasti bete ketika berada dekat dengan dia.
Apa itu disability? Tidak mampu.
Ketidakmampuan bekerja, belajar, berkompetisi, dan melayani Tuhan. Tidak sanggup berpikir normal dan tidak mampu memelihara keutuhan rumah tangga. Akibatnya, menyembunyikan diri, pasif, diam aja, diajak ngomong tidak respon. Jika bekerja pun tidak cakap berkompetisi lagi. Akhirnya, lumpuh.

Adakah Anda merasakan gejala-gejala ini? Ini adalah batu besar bagi kehidupan pernikahan. Akhirnya, kita tidak lagi menemukan keberadaan bersama pasangan sebagai hal yang nikmat dan indah.
Bagi orang depresi, keberadaan pasangan malah menyebalkan, karena dia sedang menyembunyikan diri.

Kenapa orang depresi ?
Karena fokus hidupnya hanya pada hasil…hasil…dan hasil. Dia lupa bahwa hidup juga adalah relasi dengan Tuhan dan manusia. Yesus Kristus datang ke dunia untuk memulihkan relasi tersebut. Dosa telah menghancurkan relasi itu. Tuhan tidak lagi bisa menerima manusia yang berdosa, tetapi Kristus telah mati di atas kayu salib, Dia telah menebus kita dari dosa, sehingga relasi yang rusak itu dipulihkan!
Karenanya, relasi dengan Tuhan dan orang yang kita kasihi menjadi segala-galanya.

Beberapa waktu yang lalu saya melihat di Mall, suami isteri yang sudah tua sekali. Rambutnya sudah putih, tapi masih bergandengan tangan. Sangat menawan! Jika melihat anak muda gandengan tangan biasa, tidak aneh. Tapi kalau sudah menikah puluhan tahun, jalannya masih gandengan sungguh ajaib! Ternyata lemnya masih kuat! Lemnya Lem Besi.

3. Anak-anak.
Kenapa anak-anak mengganggu romance? Anak-anak memang anugrah Tuhan. Mereka memberi warna-warni yang indah dalam hidup kita, anak-anak seringkali mempererat relasi suami isteri. Namun di sisi lain, anak-anak dapat juga memisahkan keintiman suami isteri. Kehadiran mereka membuat kasih terbagi, kasih yang tadinya buat suami saja sekarang dialihkan kepada anak.

Dalam pernikahan, pengorbanan dan mau melayani sangat penting. Dulu sebelum menikah, ketika lelah kita dapat langsung beristirahat, namun setelah menikah, saat cape, apa bisa langsung tidur? Kita harus  mendahulukan anak-anak. Mereka perlu diurus, very time consumed. Kalau tidak hati-hati jelas anak-anak berpotensi mengganggu romance suami isteri.

Kondisi di mana anak sudah mengganggu:
  • Jam tidur
Jika 5 – 7 malam seminggu, anak-anak tidur di atas jam 9 malam, pasti suami dan isteri susah ngobrol. Kalau ngobrol pun sudah tidak nyambung karena sudah kecapean. Kami pernah mengalami hal ini, akhirnya merasa kosong satu sama lain. Boro-boro romance, pegangan tangan saja sudah malas. Ga ada setrumnya.
  • Kamar tidur
Kunci kamar tidur ternyata sudah berkarat, kenapa? Tidak pernah diputar. Sehingga tidak ada batasan wilayah (border) yang jelas antara privat dan umum. Anak-anak harus mengetahui, ketika papa mama ada di kamar, mereka tidak boleh masuk, atau jika masuk harus ketok dulu. Hal ini perlu diajarkan pada anak-anak.
Tetapi, bagaimana jika anak-anak sekamar dengan orang tua? Nah…tambah jelas deh dari hari ke hari mereka dilibas anak. Suami isteri sudah hilang mood. Bayangkan saja tidurnya, suami isteri tidur di ujung-ujung ranjang, anak di tengah-tengah. Makin banyak anak semakin jauh jarak suami isteri. Sampai terpaksa suami tidur di lantai, jelas tidak tahan dan kabur ke kamar yang lain. Romance is gone!
  • Waktu bersama
Ketika harus memilih: ada kesempatan ngobrol dengan pasangan, atau bermain bola dengan anak, kita selalu memilih main bola…kita lebih suka bersama si kecil. Jadi repot nih. Harusnya diatur. Pasangan juga perlu diperhatikan, dilayani, dan diajak ngobrol tanpa diganggu anak.
Coba usahakan seminggu sekali berdua saja tanpa kehadiran si buyung. Ciptakan sistem keluarga

4. Perbedaan Romance Pria dan Wanita
Bagi Pria, Romance is Passion, berkaitan dengan seks.
Untuk Wanita, Romance is Intimacy, berkaitan dengan ikatan emosi, pengalaman berdekatan dan perasaan dikasihi.
Dengan perbedaan ini, suami isteri harus belajar saling memberi. Isteri yang cakap memberikan seks kepada suami. Suami yang baik memberikan pengalaman intimacy atau perasaan berdekatan pada isteri. Setelah terjadi kesalingan baru romance langgeng di antara mereka.

5. Kemarahan dan konflik yang tidak terselesaikan.
Bagaimana menyelesaikan konflik? Menjadikannya sebagai kesempatan guna mendekatkan suami isteri. Jika ada kemarahan, sebetulnya relasi intim suami-isteri sedang terusik. Jika tidak diselesaikan, niscaya romance menguap cepat. Ada kekeringan dalam hubungan itu.

Semua persoalan dan permasalahan haya mampu kita selesaikan apabila TUHAN yang dilibatkan di dalamnya.GBU

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tulis komentar di sini

BANER


Pelita Hidup - Renungan Harian, Bahan Khotbah, Saat Teduh, Kesaksian
Kunjungi
www.PelitaHidup.com
untuk membangun kerohanian anda jangan lupa baca Renungan Hariannya KLIK di sini