Di
sebuah film laga, adegannya terjadi di stadion olah raga. Seorang bapak
menemani putrinya menonton pertandingan hoki es. Bapak yang bekerja sebagai
security gedung itu kemudian harus mengamankan stadion itu dari ancaman bom.
Saat ia akan meninggalkan anaknya, ia berpesan agar si anak tidak meninggalkan
tempat duduknya, sampai ia kembali menjemputnya.
Anak itu benar-benar patuh kepada perintah ayahnya, walau sekeliling kemudian kacau balau karena kepanikan para penonton. Seperti anak kecil ini, tidak mudah untuk hidup beriman, mengandalkan sepenuhnya Tuhan dan merasa aman saat realitas di luar hidup kita nyata-nyata penuh masalah, kekerasan dan kekejaman. Apalagi kalau hal-hal itu menyentuh hidup kita! Itulah yang dialami pemazmur. Sekali lagi imannya tetap bertahan mempercayai Tuhan. Akan tetapi, pergumulannya nyata sekali. Pergumulan pemazmur bukan dalam waktu singkat, tetapi berkepanjangan dan melelahkan (11). Ia merasa diri terkepung oleh para musuh, dijauhi oleh orang mengenal dirinya. Kadang mungkin pemazmur ingin mengakhiri semuanya itu. Ia ingin menyerah, apalagi saat ia merasa sepertinya Tuhan juga “tidak peduli” (23). Syukur, pemazmur tidak kehilangan imannya. Berulang kali ia mengungkapkan keyakinannya bahwa Tuhan akan menolong dirinya (15-18). Bahkan lebih daripada itu, ia juga percaya bahwa Tuhan setia kepada umat-Nya (20-22). Itu sebabnya pemazmur mengakhiri mazmurnya dengan ajakan kepada umat Tuhan untuk menyatakan kasih dan iman mereka kepada-Nya. Jangan terkecoh dengan begitu kelam dan jahatnya dunia ini. Tuhan tetap berdaulat atasnya, dan kita tidak sendirian. Bersama sesama umat Tuhan lainnya kita bisa saling menguatkan iman kita kepada Dia yang berdaulat penuh atas hidup manusia. Percayalah dan taat pada Tuhan!
Anak itu benar-benar patuh kepada perintah ayahnya, walau sekeliling kemudian kacau balau karena kepanikan para penonton. Seperti anak kecil ini, tidak mudah untuk hidup beriman, mengandalkan sepenuhnya Tuhan dan merasa aman saat realitas di luar hidup kita nyata-nyata penuh masalah, kekerasan dan kekejaman. Apalagi kalau hal-hal itu menyentuh hidup kita! Itulah yang dialami pemazmur. Sekali lagi imannya tetap bertahan mempercayai Tuhan. Akan tetapi, pergumulannya nyata sekali. Pergumulan pemazmur bukan dalam waktu singkat, tetapi berkepanjangan dan melelahkan (11). Ia merasa diri terkepung oleh para musuh, dijauhi oleh orang mengenal dirinya. Kadang mungkin pemazmur ingin mengakhiri semuanya itu. Ia ingin menyerah, apalagi saat ia merasa sepertinya Tuhan juga “tidak peduli” (23). Syukur, pemazmur tidak kehilangan imannya. Berulang kali ia mengungkapkan keyakinannya bahwa Tuhan akan menolong dirinya (15-18). Bahkan lebih daripada itu, ia juga percaya bahwa Tuhan setia kepada umat-Nya (20-22). Itu sebabnya pemazmur mengakhiri mazmurnya dengan ajakan kepada umat Tuhan untuk menyatakan kasih dan iman mereka kepada-Nya. Jangan terkecoh dengan begitu kelam dan jahatnya dunia ini. Tuhan tetap berdaulat atasnya, dan kita tidak sendirian. Bersama sesama umat Tuhan lainnya kita bisa saling menguatkan iman kita kepada Dia yang berdaulat penuh atas hidup manusia. Percayalah dan taat pada Tuhan!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Tulis komentar di sini